"Dan akhirnya pecundang kembali ke pecundang"
Pernyataan itulah yang keluar dari mulut seorang wanita yang sedang mempersiapkan sidang proposalnya besok pagi. Sungguh betapa campur aduknya perasaan wanita itu saat ini, jadwal sidang yang rancu dan juga jadwal sidang yang mendadak membuatnya merasa letih, letih dalam arti letih jiwa dan jasmani. Wanita tersebut kembali mempertanyakan tentang takdir yang telah dia dapatkan, takdir tentang ketidakadilan yang dia dapatkan dihidupnya terutama dengan penyakitnya.
"Sepertinya kehidupan mempermainkanku"
Pernyataan inilah yang selalu menghiasi kehidupan si wanita dari kecil sampai sekarang, seakan-akan dunia tak adil padanya. Jika dibandingkan dengan kehidupan si wanita bersama kakak laki-lakinya, maka dunia memang tidak adil padanya (pikir wanita itu). Coba bayangkan, kakak laki-lakinya yang badung, tanpa ada kerja keras dan perjuangan yang dirasakan si wanita, kakak laki-lakinya lebih berhasil dan lebih bahagia hidupnya dari si wanita. Dengan kehidupan yang mapan, bisa buka usaha sendiri, bisnis yang lancar, punya rumah sendiri, punya mobil, gaji gede, dan punya keluarga sendiri membakar hati si wanita.
"Ya iyalah aku terbakar, secara aku ga terima dengan apa yang terjadi. Dia kan orangnya malas, badung, suka melanggar perkataan orangtua bahkan sering menyakiti hatiku baik secara fisik maupun secara batin."
Ucapan tersebut terlontar dari mulut si wanita dengan mengumpat kepada sang kakak. dan semakin tidak terimanya dengan kehidupan sang kakak, si wanita tersebut mengungkit-ungkit penyakitnya yang disebabkan oleh sang kakak dan tragisnya tak ada yang bisa percaya kalau penyakitnya adalah karena ulah sang kakak.
Dulu saat kecil wanita itu pernah menyumpahi sang kakak dan sumpah inilah yang pada akhirnya menjadikan wanita tersebut seorang pecundang.
"Aku doain semoga saja kamu menjadi orang yang miskin, gelandangan, ga sukses."
"dan aku akan menjadi lebih tinggi derajatnya dari kamu"
Tapi nyatanya, kehidupan tidak berpihak pada wanita tersebut. Berbagai kesulitan tiap kali menerjang si wanita tersebut, sampai tiba waktunya masalah besar menghampiri wanita itu. Tugas akhir dan pilihan ternyata menjelma menjadi masalah terbesar bagi wanita itu.
"Apakah salah pilihan ini? (tema Tugas akhir yang diambil)."
"Sudah terlambat jika aku menggantinya sesuai dengan pilihanku...."
"Aku terlalu terbuai dan sombong akan pilihan ini."
"Bersalah diriku kepada banyak orang."
Sambil melihat garis-garis tangan yang rumit terukir di telapak tangan wanita itu, wanita itu berpikir tentang apa yang sebenarnya terukir di telapak tangannya, kenapa garis tangan saya berbeda dengan garis tangan kakak, keluarganya, dan teman-temannya...apakah ini garis tangan seorang pecundang atau yang lain...wanita itupun menghela nafasnya dengan dalam dan panjang seakan pasrah akan kehidupannya. Yang bisa dilakukan oleh wanita itu adalah berjuang dan berjuang mengubah jalan hidupnya.
" Lets see what will happen tomorrow! if i must change it, i will change and not to do same mistake again. If it is accepted, i will continue it."
To be continued............